RSS

About


Globalisasi, Kemajuan atau Kemunduran Zaman ??

Globalisasi. Sebuah istilah yang pastinya sering kita dengar, memiliki arti  suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Mungkin, arti sebenarnya mengenai Globalisasi tersebut tidak sepenuhnya diketahui oleh semua orang. Globalisasi lebih terkenal dengan artian kemajuan teknologi atau kemajuan zaman. Mengapa demikian? Karena antara Globalisasi dan kemajuan teknologi memiliki kaitan yang erat, dimana Globalisasi terjadi karena adanya kemajuan dan kecanggihan Teknologi, sementara itu Teknologi bisa semakin maju dan berkembang karena adanya Globalisasi yang telah meruntuhkan batas dan jarak antarnegara.
Seperti yang telah diuraikan diatas, jarak antarnegara tidak lagi mempengaruhi peradaban dunia saat ini, misalnya meskipun kita berada di Indonesia, kita bisa dengan cepat mengetahui apa yang terjadi di Amerika hari ini. Akulturasi budaya juga terjadi begitu cepat bersama arus Globalisasi dan didukung oleh majunya Teknologi, sehingga berbagai budaya barat yang dulu tidak kita pahami sama sekali, kini bisa ditiru secara rinci dengan bantuan majunya Teknologi Informasi. Sayangnya, remaja Indonesia belum bisa sepenuhnya mengoptimalkan kemajuan Teknologi tersebut ke arah yang positif. Pernyataan tersebut bukan saya kemukaan tanpa fakta dan data. Anda ingin tahu? Mari kita telusuri data dan fakta tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Komisi Perlinduangan Anak Indonesia, dari sekitar 4500 remaja di 12 kota, 92 % diantaranya adalah pengakses situs porno di dunia maya, 92,7 % mengaku pernah melakukan Oral Sex, dan sekitar 67,2 % mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sebuah fakta yang benar – benar menjawab, mengapa Negara kita menjadi urutan ke 4 dunia sebagai negara pengakses situs porno di internet, bahkan penelitian yang dilakukan oleh Gerakan “Jangan Bugil di Kamera” sebuah LSM di Indonesia menemukan bahwa Indonesia menjadi urutan ke 3 di Asia Tenggara setelah Vietnam dan Kroasi dalam hal pengakses situs porno.
Dan ternyata masalah para remaja di Indonesia bukan saja pada pornografi, tatapi remaja Indonesia juga bermasalah pada Narkotika dan Alkohol. Badan Narkotika Nasional menemukan bahwa 78% pecandu NAPZA ( Narkotika dan Zat Adiktif lainnya ) di Indonesia adalah remaja dan tak jarang juga kita mendengar tentang maraknya pesta Miras (Minuman Keras) dikalangan pelajar, contohnya seperti yang diberitakan di Buser,Liputan6 ( salah satu tanyangan berita di Televisi ) bulan Februari lalu, mengenai 6 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta disalah satu Kota di Jawa Timur yang ditangkap oleh Satuan Polisi Pamong Praja karena tertangkap basah tengah melakukan pesta Miras, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang menandakan betapa parahnya pergaulan bebas dikalangan remaja akibat terjerumus arus Westernisasi.
Semua data di atas juga sangat menjawab fakta mengapa Indonesia menjadi negara ke 6 dunia sebagai negara dengan penularan HIV/AIDS tercepat. Mengapa demikian? Karena virus HIV/AIDS dapat menular melalui seks bebas serta jarum suntik pengguna narkoba yang digunakan secara bergantian, jadi tidak heran mengapa Prestasi tersebut bisa diraih oleh negara kita, mengingat banyaknya kasus mengenai seks bebas dan penyalahgunaan Narkoba oleh remaja. Sebuah fakta yang memang sangat memiriskan hati.
Tetapi, jangan sepenuhnya menyalahkan remaja, di era global ini, banyak sekali faktor yang membuat remaja cenderung menganut budaya Westernisasi yang mengutamakan asas kebebasan. Bukti nyata adalah tayangan di Televisi, sebagai media informasi yang paling diminati di Indonesia, tayangan Televisi harusnya mendidik dan bernilai edukasi, tapi kenyataan yang terjadi sekarang adalah para stasiun Televisi lebih sibuk mengejar rating dan melupakan kualitas tayangan yang mereka suguhkan. Seperti yang telah kita ketahui, tayangan sinetron remaja di Televisi makin hari makin menjamur, tapi sayangnya, sinetron – sinetron tersebut seringkali menyuguhkan kisah – kisah remaja yang dibumbui kekerasan, entah mereka bertengkar dengan teman sekolahnya sendiri, atau teman beda geng, sampai bertengkar karena merebutkan pacar. Memang pada awalnya, tujuan stasiun televisi menyuguhkan sinetron tersebut hanya untuk sebatas hiburan bagi kaum remaja, tapi mereka tidak menyadari bahwa tayangan – tayangan tersebut dapat mendorong  remaja menuju arus degredasi moral, lalu secara perlahan adegan kekerasan yang ada di Televisi ditiru dan dipraktekkan oleh remaja dikehidupan mereka. Sementara itu, dampak dari tayangan tersebut telah kita ketahui bersama, salah satu contohnya adalah munculnya geng – geng remaja yang sering kali melakukan tindak kekerasan, sebut saja Geng Nero ( Neko – Neko Dikeroyok) yang beberapa waktu lalu sempat menggemparkan masyarakat memalui aksi kekerasan mereka.
Padahal, jika memperhatikan Hukum di Indonesia, segala bentuk tayangan yang berbau kekerasan bisa dituntut melanggar Pasal 5 Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan Pasal 282 KUHP tentang Kejahatan Kesusilaan. Dan sangsinya, pelaku dapat diancam pidana penjara dan denda yang jumlahnya ratusan juta rupiah. Sebagai pelaku media, tentu saja mereka mengerti betul tentang aturan ini. Namun sayang, di negara kita, modal lebih berbicara ketimbang moral.
Akan tetapi, yang perlu digaris bawahi dari euforia pergaulan bebas di Negeri ini adalah, karena para remaja di Indonesia belum bisa mengoptimalkan kemajuan Teknologi Informasi ke arah yang positif, serta minimnya kesadaran bangsa ini untuk menjadikan Teknologi sebagai sebuah sarana untuk memajukan Bangsa. Jadi, rasanya bukanlah hal yang berlebihan jika saya mempertanyakan, Globalisasi itu kemajuan atau kemunduran zaman? Dan berdasarkan beberapa pemaparan diatas, pastinya Anda bisa menyimpulkan sesuatu.
Sebenarnya, apabila seluruh bagian dari Negeri ini menyadari, terutama remaja, sebagai generasi penerus bangsa, Globalisasi dan kemajuan Teknologi bisa sangat bermanfaat, bahkan bisa meningkatkan taraf hidup Negara Indonesia. Mengapa demikian? Karena Globalisasi “mengharuskan” Indonesia menguasai Teknologi, agar Bangsa Kita mampu bersaing serta meningkatkan kualitas Bangsa dimata Dunia sehingga Kita tidak menjadi “korban” arus Globalisasi. Dan Remaja, memiliki peranan penting untuk mensukseskan hal tersebut, bagaimana caranya? Hanya dengan mempertahankan budaya Indonesia, dan waspada, karena imperialisme budaya jauh lebih berbahaya, karena bisa membuat Bangsa ini kehilangan arah, dan perlahan akan hancur karena nilai – nilai budaya bangsa telah hilang ditelan budaya luar yang dibudidayakan oleh para remajanya.
Mari menyimpulkan, di tengah hiruk pikuk arus Globalisasi di Indonesia yang telah membawa banyak “Prestasi” bagi Negeri ini, seperti menjadi urutan keempat dunia dalam hal pengakses situs porno dan menjadi negara keenam dunia dengan penyebaran virus HIV/AIDS tercepat, kita sebagai remaja Indonesia yang sangat berperan dalam meneruskan estafeta kepemimpinan di Negeri ini harus berupaya agar semua dampak negatif tersebut tidak mengahanyutkan kita ke “kubangan” keterpurukan, upaya itu bisa kita tempuh dengan berbagai cara, seperti menolak gaya hidup Westernisasi, meskipun dikatakan “modern” dengan berbagai macam mode, kita harus tetap mempertahankan eksistensi budaya kita, agar Indonesia tidak terlihat lemah dimata dunia dan tidak menjadi objek yang selalu banyak terpengaruh dalam pergesekan budaya di era global ini. Selain itu, kita juga harus bisa selektif dalam memilih ilmu pengetahuan dan Teknologi, apakah ilmu dan Teknologi tersebut sesuai dengan norma – norma, kondisi dan situasi bangsa Indonesia, misalnya, apakah penerapannya akan berdampak negatif terhadap lingkungan atau tidak. Marilah kita melakukan perubahan, dan perubahan harus dimulai dari diri kita sendiri. Menjadi remaja yang aktif dan kritis di era Globalisasi?? Kenapa tidak?!.

Oleh :
 Lulu Zuhriyah
SMKN 1 Cirebon


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar