RSS

About


“ Tentang Pemuda ” Peran Aktif dan Kemandiriannya dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa Oleh : Lulu Zuhriyah

Pemuda. Adalah mereka yang berusia antara 10 – 24 tahun, begitulah definisi yang diungkapkan oleh World Healt Organization (WHO) tentang kata tersebut, sedangkan jika Kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akan ditemukan arti bahwa Pemuda adalah orang muda laki – laki atau remaja laki – laki, dan lebih jauh dijelaskan oleh Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan Pasal 1 ayat 1, tertulis bahwa “Pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.”. Dalam arti luas di kehidupan sehari – hari, seringnya, Pemuda digunakan untuk sebutan para remaja, tanpa memandang laki – laki ataukah perempuan. Arti sebenarnya tentang seorang Pemuda memang tepat seperti yang dijelaskan diatas, akan tetapi jika berbicara Pemuda, Masyarakat biasanya juga akan menambahkan, bahwa Pemuda adalah mereka para generasi penerus Bangsa. Sebuah ungkapan yang tidak bisa disalahkan, mengapa? Karena memang sudah menjadi hukum alam, yang ‘Tua’ akan digantikan oleh para Pemuda, entah yang ‘Tua’ tersebut berjabatan sebagi Presiden, Pengusaha, Guru, atau bahkan Penjahat sekalipun, akan tetap digantikan oleh Pemuda dalam meneruskan estafeta kepemimpinannya di jabatan masing – masing seperti yang dicontohkan diatas. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut? Jawabannya mutlak, harus setuju, karena memang akan seperti itu siklus pergantiannya, dan akan selamanya demikian, tanpa bisa dicegah apalagi dirubah.
    Pernyataan diatas adalah pemikiran awal saat akan berbicara tentang pemuda, lalu apakah pemikiran kedua yang akan dipikirkan oleh kebanyakan orang setelah mengetahui fakta tersebut? Bisa dipastikan bahwa pikiran negatif akan lebih cepat menjadi pikiran kebanyakaan orang setelah mengetahui fakta tersebut, hal ini terjadi karena kebanyakaan orang lebih sering menjumpai kenakalan remaja atau pemuda di lingkungan masyarakat. Perlu bukti? Mari telusuri bukti tersebut.
    Angka kenakalan remaja di Indonesia tidak bisa dikatakan ringan, contoh kecil yang sangat bisa membuktikannya adalah, jika anda membaca koran setiap hari, maka akan hampir setiap hari pula Anda akan menemukan kasus kenakalan remaja, bahkan para remaja yang sudah bisa dikatakan matang untuk menjadi seorang pemuda generasi penerus bangsa, karena berpendidikan baik taraf SMA atau Perguruan Tinggi masih saja tidak sadar akan perannya tersebut. Dikebanyakan Kota Besar, pasti Kita tidak jarang menemukan kasus tawuran antar pelajar atau antar Mahasiswa, yang asal muasal tawurannya tidak pernah jelas dan layak dijadikan alasan untuk melakukan tindakan yang membuat nama para Pemuda tercoreng dan ternoda dimata masyarakat luas, jadi wajar sajalah jika sekarang masayarakat banyak yang mengeluarkan estimasi tentang kebobrokan pemuda Indonesia dimasa kini. Bahkan lebih jauh dijelaskan oleh Badan Narkotika Nasional bahwa 78% pecandu NAPZA ( Narkotika dan Zat Adiktif lainnya ) di Indonesia adalah remaja, lalu Departemen Sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. Wow..!! Bukti yang sangat memiriskan hati.

    Lalu, apakah penyebab dari semua kenakalan remaja yang semakin hari semakin meningkat tersebut? Sepertinya yang menjadi tersangka utama dari semua kejadian tersebut adalah arus Globalisasi yang telah meluluh lantakkan dinding dunia dengan senjatanya, kemajuan Teknologi. Sesungguhnya, jika para pemuda yang termasuk dalam uraian penjelasan diatas mengerti akan sisi baik dari kemajuan teknologi, pastinya mereka tidak akan termasuk kedalam para pemuda yang diuraikan diatas. Namun sayang, di Negeri kita ini, banyak sekali pihak, yang terlihat mendukung Pemuda untuk jatuh ke dalam kubangan dampak Globalisasi. Perhatikan saja tontonan di Televisi, bukti nyata yang akan sangat mudah ditemukan. Seperti yang kita ketahui, tayangan sinetron bernuansa remaja makin hari, semakin menjamur ditelevisi, dan yang amat sangat disayangkannya adalah, tayangan sinetron tersebut seringkali menyuguhkan adegan kekerasan, baik pemerannya beretengkar dengan teman sekolahnya sendiri, atau teman beda geng, lucunya adalah ketika ada adegan dimana pemainnya bertengkar bahkan berkelahi hanya karena merebutkan pacar. Pada awalnya, sinetron remaja memang disuguhkan oleh stasiun televisi untuk media hiburan semata, tapi sepertinya mereka tidak menyadari, bahwa tayangan yang mereka suguhkan sedikit demi sedikit akan menjadi candu dan dipraktekkan oleh para remaja yang menontonnya. Lalu, dampaknya akan dengan sendirinya muncul kepermukaan di tengah Masyarakat. Geng Nero, Geng Motor dan Geng remaja lainnya yang melakukan kekerasan adalah dampak dari semua contoh yang dipraktekkan para remaja dari apa yang mereka lihat di Televisi.
    Padahal, jika kita menengok ke Undang – Undang yang berlaku di Negeri ini, telah jelas diterangkan bahwa segala bentuk tayangan yang berbau kekerasan bisa dituntut melanggar Pasal 5 Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 dan Pasal 282 KUHP tentang Kejahatan Kesusilaan. Dan sanksinya, pelaku dapat diancam pidana penjara dan denda yang jumlahnya ratusan juta rupiah. Dan tak perlu diragukan, sebagai pelaku media, pastinya mereka mengetahui hal tersebut.Yah, Tapi inilah Negara kita, dimana modal lebih berbicara ketimbang moral.
    Dan bila melihat fungsi, sebagai media hiburan yang paling diminati di Indonesia, tayangan Televisi harusnya mendidik dan bernilai edukasi, tapi kenyataan yang terjadi sekarang adalah para stasiun Televisi lebih sibuk mengejar rating dan melupakan kualitas tayangan yang mereka suguhkan, akibatnya ya tragedi dampak Globalisasi yang sedang kita rasakan ini.
    Jika ingin terus menguak bukti tentang mengapa masyarakat lebih sering meng-estimasi kebobrokan pemuda tenimbang keberhasilannya dalam membangun bangsa, rasanya tidak akan pernah menemui titik terang, karena memang terlalu banyak kasusnya, mulai dari tindakan amoril hingga yang melanggar hukum. Jadi, penulusuran bukti dicukupkan sampai disini untuk masalah mengapa masyarakat lebih banyak memberi pandangan negatif tentang pemuda Indonesia.
    Akan tetapi, dibalik sisi negatif yang terungkap selama ini tentang kebobrokan Pemuda, masih banyak juga prestasi gilang gemilang Pemuda, yang juga patut dan sangat layak untuk dibanggakan oleh seluruh bagian Negeri ini.
    Sebut saja prestasi terakhir yang baru saja ditorehkan oleh para atlet nasional Indonesia berkebutuhan khusus yang tergabung dalam kontingen Special Olympics Indonesia (SOINA) di Special Olympics World Summer Games XIII di Athena, Yunani 2011. Sebanyak 46 atlet tunagrahita pada bulan juli lalu berhasil memboyong 15 emas, 13 perak dan 11 perunggu ke bumi pertiwi, setelah sebelumnya bersaing dengan 7.500 atlet tunagrahita terbaik dari 184 negara, akhirnya para pahlawan kecil tersebut bisa membuat pertiwi tersenyum dengan hasil yang mereka raih di olimpide bergengsi tingkat dunia terebut.
    Terkagumkah Anda?? Saya yakin pasti sangat terkagum – kagum. Meski mereka adalah para pemuda penyandang cacat di Negeri ini, tapi jasa mereka sama sekali tidak bisa dikatakan cacat untuk negeri ini. Dengan keterbatasan fisik yang terkadang dicemooh oleh orang lain, mereka menggaungkan Indonesia Raya di dinding Dunia, mereka kibarkan Merah Putih dengan penuh kebanggan di langit Dunia. Lalu, bagaimana dengan pemuda lainnya yang memiliki fisik sempurna? Bila dijawab dengan logika, jawabannya pasti satu. Pemuda dengan menyandang cacatpun bisa menorehkan prestasi sedemikian luar biasanya, apalagi Pemuda dengan kesempurnaan fisik, pastinya juga tidak akan kalah luar biasanya dalam menorehkan Prestasi. Benar, pernyataan yang tidak bisa di sangkal keabsahannya. Karena harusnya memang demikian, para pemuda baik penyandang caat ataupun bukan memiliki peluang yang sangat besar jika dibandingkan dengan mereka yang sudah tidak muda dalam hal meraih prestasi untuk negeri.
    Dengan penjelasan – penjelasan diatas, bisa disimpulkan bahwa pemuda Indonesia memiliki 2 tipe. Pertama, adalah mereka para pemuda yang belum memilki kesadaran akan peran besarnya terhadap bangsa. Dan kedua, adalah mereka yang memiliki kesadaran akan peran besarnya dalam membangun Negeri.
    Dan untuk selanjutnya, saya akan lebih mengulas tentang pemuda tipe kedua. Pemuda dengan  kesadaran yang dimilikinya adalah modal utama dalam menjalankan peran besarnnya untuk Negeri ini. Pemuda dengan kesadarannya akan berperan aktif dalam membangun bangsa, menjalankan tanggung jawabnya seperti yang termaktub dalam Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan Pasal 19 yang menyebutkan bahwa “Pemuda bertanggung jawab dalam pembangunan nasional” yang salah satunya poinnya adalah meningkatkan daya saing dan kemandirian ekonomi bangsa.

Dari penjelasan di atas, sudah sangat jelas Negara menugaskan pemudanya untuk ikut serta dalam pembangunan nasional. Dilihat dari jumlah pemuda yang ada di Indonesia, ada sekitar 26 persen dari sekitar 230 juta jiwa lebih penduduk di Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, untuk kelompok umur 16-30 tahun. Jumlah tersebut sangat potensial sekali dalam proses pembangunan nasional. Kemudaian langkah nyata apakah yang bisa diambil pemuda untuk merealisaikan tanggung jawabnya tersebut?
Para Pemuda bisa ikut andil dalam kegiatan kewirausahaan, ini merupakan salah satu hal yang bisa dicoba oleh pemuda, karena kewirausahaan merupakan salah satu bentuk kontribusi nyata yang bisa terus mendorong laju roda ekonomi di negara ini agar terus berputar. Kewirausahaan juga mampu menciptakan lapangan kerja sehingga mencukupi kebutuhan hidup banyak pihak, mulai dari pemilik usaha itu sendiri, para pemasok, distributor, hingga masyarakat sekitarnya.
Lalu, apakah  bentuk kemandirian pemuda masa kini dalam meningkatkan daya saing  bangsa? Bila disederhanakan, akan terjawab bahwa kemandirian para pemuda minimalnya adalah memperbaiki dan menyiapkan diri untuk memimpin negeri ini. Mengapa demikian? Karena pemuda adalah tolak ukur kemajuan suatu bangsa dimana telah dikatakan oleh pepatah bahwa majunya suatu bangsa adalah karena pemudanya, dan hancurnya suatu bangsa juga karena pemudanya, hubungan analogi yang memang mendekati benar.
Mengingat peran pemuda terhadap kemajuan bangsa yang sangat krusial tersebut, kita sebagai pemuda penerus estafeta kepemimpinan negeri ini sudah sepatutnya membentengi diri di era Global yang menuntut kecepatan ini, selain itu kita juga harus menjalankan tanggung jawab kita seperti yang telah dijelaskan oleh Undang-undang No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan Pasal 19 yang menyebutkan bahwa “Pemuda bertanggung jawab dalam pembangunan nasional” pada poin meningkatkan ketahanan budaya nasional, karena di era yang tidak mengenal batas ini, jati diri bangsa akan sangat rentan terenggut oleh budaya luar yang dibudidayakan oleh para pemuda pada tipe pertama, yaitu mereka yang belum memiliki kesadaran dalam membangun bangsa. Maka dari itu, pemuda sudah seharusnya dibekali oleh ilmu pengetahuan dan pembelajaran moral, agar pada diri pemuda terbentuk keselarasan antara kecerdasan ilmiah dan kecerdasan spiritual.
Mari Menyimpulkan, dilihat dari betapa pentingnya peran pemuda untuk Bangsa baik itu di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang, sudah seharusnya semua lapisan masyarakat membantu golongan muda untuk memperbaiki dirinya sendiri, baik itu dengan cara memberikan arahan maupun memberikan contoh yang baik kepada kaum muda yang notabene masih labil. Dan pastinya, para pemuda juga harus memupuk kesadaran diri, bahwa ditangan merekalah arah Bangsa ini akan ditentukan, Jadi kaula muda harus pintar memilih dan memilah segala sesuatu yang ada di hadapan mereka, apalagi di era Globalisasi ini. Mereka, haruslah bisa selektif dalam memilih ilmu pengetahuan dan Teknologi, apakah ilmu dan Teknologi tersebut sesuai dengan norma – norma, kondisi dan situasi bangsa Indonesia, misalnya, apakah penerapannya akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan dirinya atau tidak. Ayo kaum Muda, Bangkitlah…!! Karena yang muda adalah sumber daya manusia yang utama untuk dikembangkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar